Jumat, 13 Desember 2019

Selasa, 12 November 2019

si merah

si merah ini bukanlah burung kakaktua seperti yang ada di serial upin ipin ya, tapi kendaraan kami. kendaraannya emak2 yang setia menemani kami sehari2, belanja, mangaji atau sekedar wira wiri melepas penat bersama anak. Teringat saat kami pernah pergi mengaji lalu pulangnya aku kehujanan bersama anakku karna ayahnya  tak sempat menjemput kami karena ketiduran. Akhirnya setelah melalui pertimbangan panjang, terbeli lah si merah dengan uang tabunganku dan suamiku (tapi banyakan dia ding). Alhamdulillah sampai sekarang si merah sehat wal afiat, menemani kami dalam berkegiatan bersama kapsul ajaib eco racing sebagai octan booster nya. 

keluargaku kehidupanku

Kuselimuti suamiku dengan selimut yang masih terlipat rapi belum sempat ia gunakan karena keburu mengantuk. Mungkin begini ya tugas seorang istri yang sesungguhnya, memastikan semua kebutuhan anggota keluarga, suami dan anak beres tanpa ada yang tercecer atau terlewatkan.
Hampir 4 tahun aku berhenti bekerja, dari profesiku sebagai guru les sebuah rumah bimbel di kotaku. Meskipun diriku seorang ibu rumah tangga, aku punya kemampuan yang cukup untuk mengajar les bagi anak-anak sekolah dasar hingga kelas 6 SD. Aku pernah menyukai mapel Matematika hingga masih bisa kuingat rumus-rumus dasar matematika tingkat dasar pada saat itu.
Hampir 4 tahun aku bertahan, menjalani hari-hariku berkutat dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak. Kadang terpikir bahwa realita ini jauh dari ekspektasiku di masa lampau. Bahwa yang kubayangkan adalah aku dan suami menjadi pasangan yang bekerja. Bekerja bersama-sama, berjuang bersama dan memaksimalkan masa muda bersama. Aku bekerja namun anak tetap bisa kubawa dan bisa berdekatan denganku meskipun aku bekerja. Namun sudahlah realitanya kini tidak sesuai lagi dengan ekspektasi.
Pernah di suatu sore seperti biasa aku menemani anak perempuanku berkeliling dengan sepeda roda tiga sembari bermain dengan teman-teman di komplek rumah kami. Terfikir olehku mungkin jika aku masih bekerja, akan jarang kunikmati momen-momen luang seperti ini. Aku berusaha untuk mensyukuri dan menikmati kehidupan yang kujalani saat ini. Toh segala sesuatu yang kuterima tetaplah rezeki dari Yang Maha Kuasa.
Pernah juga disuatu malam aku curhat pada suami, "Mas gimana ya, q sudah berusaha berhemat untuk pengeluaran kita bulan ini, tapi banyak kebutuhan mendadak n tak terduga di bulan ini. Maafkan aku ya Mas belum bisa amanah sepenuhnya terhadap titipanmu.", tak lama menetes air mataku, mengalir menganak sungai.
"Sudahlah, kita pakai saja dulu uang yang ada", kata suamiku. Sedikit lega aku mendengarnya, meskipun awalnya hendak ia gunakan uang itu untuk keperluannya tapi ia bersedia membaginya. Alhamdulillah ada jalan.
Aku teringat saat masih bekerja dulu, saat-saat genting seperti ini aku masih bisa berharap gajiku, ada uang gajian yang bisa kuandalkan untuk menambal sulam uang resiko bulanan saat banyak kebutuhan. Astaghfirullah Astaghfirullah, aku mencoba beristighfar mencoba untuk tidak berandai-andai pada hal yang sudah terjadi terlampau lama. Aku ingin sembuh, aku ingin bangkit, aku ingin obati luka hatiku dan tidak larut dalam situasi tidak mengenakkan seperti ini.
"Bu, Istri saya berhenti bekerja dulu ya, kami mau pulang kampung dahulu", begitulah kira-kira kata suamiku saat aku diberhentikan dari tempat kerjaku.
Aku hanya terdiam, terkaget dengan keputusannya. Berharap bahwa ini mimpi buruk. Pekerjaanku, dimana aku menaruh setiap harapan dalam hidupku hancur luluh, hilang seketika. Mungkin suamiku tidak tahu, bahwa yang ia ambil adalah hal yang berharga dalam hidupku. Pekerjaanku, sudah kuupayakan kupilih tempat kerja yang sesuai bagiku, semua temanku perempuan, ibu-ibu, emak- emak atau gadis dan yang terpenting aku tetap bisa momong.  Namun suamiku tetap dengan keputusannya, aku harus berhenti bekerja dan pulang kerumah mamaku. Mengurus anakku yang masih bayi, berusia 4 bulan kala itu. Meski kini ia telah tiada meninggalkan kami, sakit diare akut, mual muntah dan cairan di paru-paru nya saat ia berusia 17 bulan membuatnya akhirnya harus berpulang kepada Yang Maha Kasih. Meninggalkan kami kedua orangtuanya. Aku telah berusaha, kurelakan pekerjaanku demi anakku, namun takdir tetaplah takdir, kita manusia hanya bisa berusaha. Aku melalui masa kelam itu selama berbulan-bulan hingga Allah titipkan kembali padaku sebuah amanah, seorang anak perempuan yang kini Alhamdulillah berusia 19 bulan. Puji Syukurku kepada Allah, kurasakan kehilangan namun langsung Allah ganti.
Hari-hariku kini kupenuhi dengan rutinitas mengurus suami dan putri kecilku yang berumur 19 bulan, aku mencoba menikmati, mensyukuri dan menjalani kehidupanku yang sekarang ini.

  • ❤❤❤