Jumat, 20 Mei 2022

Renungan tentang rizqi

 Renungan tentang rizqi dari arah yg tak disangka-sangka :


Di suatu hari Senin, seorang anak kecil berkata kepada bapaknya yg jualan *tempe* di pasar :


"Pak, nanti hari Sabtu adalah batas akhir pembayaran SPP sekolahku yg nunggak tiga bulan, kata bu guruku, kalau tidak dilunasi, maka ijazahku di waktu pengambilan di hari Sabtu nanti akan tertahan tidak bisa diambil".


Bapaknya berkata : "Kalau begitu, bapak akan jualan *tempe* lebih banyak dari biasanya, agar bisa terkumpul lebih banyak uang untuk bayar SPP mu di hari Sabtu nanti".


Maka dimulai Senin sore si bapak tersebut membuat *tempe*, mengolah bahan mentah *kedelai* yg memang prosesnya secara maksimal memakan waktu empat hari untuk menjadi *tempe* jika mengelolahnya secara manual konvensional.


Olahan *kedelai* tersebut  ia taruh di suatu wadah panci besar yg tertutup, berhari-hari ia memprosesnya, sejak Senin sore sampai dengan Jum'at sore.


Ketika hari Jum'at sore ia membuka penutup panci tersebut dengan harapan bahwa *kedelai* nya pasti sudah waktunya jadi *tempe*,


ternyata ia kaget di luar dugaannya masih berbentuk *kedelai*, ia menjadi panik karena menurut perhitungannya selama ini ia terbiasa kalau membuat *tempe* pasti selesai empat hari,


lalu ia berkata sendiri bermaksud mengeluh kepada Alloh :


"Ya Alloh, besok sabtu aku harus mendapatkan uang sebanyak mungkin untuk bisa mengambil ijazah anakku,


sore ini kulihat isi panciku masih berupa *kedelai*, belum menjadi *tempe*, padahal rencanaku, kalau sore ini sudah jadi *tempe* maka besok sabtu subuh akan kujual semuanya dipasar agar paginya aku segera ke sekolahannya anakku untuk kulunasi tunggakannya,


ya Alloh, aku sangat mengharapkan *keajaiban* dariMu untuk segera merubah *kedelai* ini menjadi *tempe*".


Setelah ia berkata seperti itu, lalu ia menutup kembali penutup pancinya, dan malamnya ia tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan *kedelai* yg belum menjadi *tempe* tersebut,


lalu di akhir malam menjelang subuh ia mencoba membuka tutupan pancinya sambil berkata sendiri :


"Ya Alloh, berilah *keajaiban* dariMu, rubahlah *kedelai* ku *tempe*".


Setelah dibuka ternyata masih berwujud *kedelai*, maka kecewalah ia dan menutupnya kembali, lalu setelah Subuh ia berangkat ke pasar membawa panci besar yg masih berisi *kedelai* tersebut.


Semua lapak-lapak pedagang *tempe* ramai pembeli, sedangkan lapaknya masih sepi karena ia tidak berkutik oleh kenyataan bahwa *kedelai* belum jadi *tempe* yg akibatnya tidak laku karena para pembeli tentunya lebih suka beli *tempe* yg sudah jadi, dari pada beli *tempe* yg belum jadi, alias masih berwujud *kedelai*.


Setelah waktu berjalan sampai menjelang adzan Zhuhur, ia mencoba membuka lagi tutupan pancinya bermaksud mengintip apakah *kedelai* sudah jadi *tempe*, sambil berkata sendiri :


"Ya Alloh, berilah *keajaiban* dariMu, ini jualan satu-satunya yg bisa mendatangkan uang untukku agar segera di siang ini juga aku melunasi biaya sekolah anakku".


Setelah ia mengintip, ternyata masih berwujud *kedelai*, lantas ia menggerutu kepada Alloh :


"Ya Alloh, mengapa mereka para pedagang *tempe* yg kutahu jelas bahwa mereka sering di pasar ini mereka sering berjudi, sering mabok, sering bermaksiat, sedangkan aku, mengapa aku bernasib begini padahal aku taat berbakti?".


Tiba-tiba di pintu masuk pasar, ada seorang ibu yg turun dari mobil mewah sedang menoleh ke sana ke mari, sedang tengok sana tengok sini, tanya sana tanya sini,


lalu berjalan mengarah ke lapaknya si bapak penjual *tempe*, setelah tiba di hadapannya, ibu itu bertanya :


"Pak, saya cari ke sana ke mari kok para penjual *tempe* sudah tutup semua, tinggal bapak saja yg masih buka, maka nya saya ke sini".


Si bapak itu berkata :

"Benar bu, tinggal saya saja yg masih jualan, apakah ibu mau beli *tempe*?


Si ibu itu menjawab :

"iya, tapi....".


Sebelum si ibu itu meneruskan ucapannya, tangannya si bapak itu mencoba membuka sekali lagi tutupan pancinya berniat mengintip sambil berkata dalam hati :


"Ya Alloh, berilah *keajaiban* dariMu, rubahlah *kedelai* ku jadi *tempe* sekarang juga, karena si ibu ini kayaknya mau beli *tempe*".


Setelah ia intip sebentar ternyata isi pancinya tetap berwujud olahan *kedelai*, langsung mengkerut wajahnya melihat kenyataan yg mengecewakan tersebut.


Di saat yg bersamaan, si ibu itu melanjutkan ucapannya :

"iya benar pak, saya mau beli *tempe* tapi saya ingin beli *tempe yg belum jadi*, yg masih berbentuk olahan *kedelai*".


Mendengar ucapan si ibu itu, maka si bapak itu jadi kaget di luar dugaan ternyata justru yg dicari si ibu itu bukan *tempe* nya tapi *olahan kedelai* nya,


lantas si bapak itu bertanya :

"Lho, kenapa ibu kok malahan beli milih yg masih *olahan kedelai*, kok nggak beli yg sudah jadi *tempe*?.


Si ibu itu menjawab :

"Saya mau ngirimi ke anak saya yg di luar negeri, saya ajarin cara membuat *tempe*, saya tuntun dan saya bimbing dari jauh lewat video call,


nah, dengan saya kirim *olahan kedelai* ini, saya targetkan terkirim sampai di sana sekitar tiga harian kan pasti sudah jadi *tempe*".


Si bapak itu menjawab :

"Benar, bu, kebetulan memang di saya ini nggak ada *tempe* tapi adanya masih *olahan kedelai*, dan saya rasa kira-kira tiga hari lagi jadi *tempe*, ibu mau beli berapa?".


Si ibu menjawab :

"Saya butuh sebanyak mungkin, kalau bisa saya beli semuanya *olahan kedelai* yg bapak punya".


Setelah terbeli oleh si ibu tadi, dan si ibu itu berlalu meninggalkan pasar, si bapak penjual *tempe* berkata sendiri :


"Astaghfirullohal azhiim, ya Alloh, ampunilah aku karena aku tadi telah *memaksaMu, menuntutMu* untuk memberikan *keajaiban* merubah *olahan kedelai* jadi *tempe*,


ternyata justru *Engkau punya rencana lain, diluar dugaanku*, sungguh jika tadi pagi permintaanku Engkau kabulkan berupa berubahnya *olahan kedelai* jadi *tempe*,


tentunya aku jual di pagi tadi, yg *belum tentu* laku semua *habis*, karena banyak juga sainganku para pedagang *tempe* yg lainnya,


sungguh di luar dugaanku, justru daganganku *habis* disaat masih dalam bentuk *olahan kedelai*, alhamdulillah ya Alloh, Engkau Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu".


# inspirasi dari surat Al Qoshosh 68


Sumber : grup WA LPIQNAS

Senin, 16 Mei 2022

Semangat dalam menjalani hidup

17 Mei 2022


Tetap semangat dalam menjalani setiap ketentuan yang Allah berikan.

Anak lanangku, Muhammad Azzam Husaini
 16 Desember 2015-17 Mei 2017



Alhamdulillah

 Alhamdulillah

Segala puji bagi Allah atas ketenangan dan ketentraman hati yang aku rasakan.

Bagaimanapun segalanya datang dari Allah dan atas ijin Allah.

Minggu, 15 Mei 2022

I need

Kubutuh seorang sahabat yang bisa kuajak berbagi suka dukaku.

Kubutuh seorang teman yang bisa q ajak bicara untuk berbagi pemikiran denganku.

Kuperlu seorang teman disisiku saat ku merasa sendiri di dunia yang fana ini. 

Namun akhirnya ku sadar hanya padaMulah semua rasa dapat kulabuhkan...